Posted by :
Robbi Syahputra
Kamis, 13 Februari 2014
Sebelumnya blog senirupa pernah membahas tentang gerakan dan aliran dalam senirupa, disitu admin memaparkan semua aliran yang admin tahu dalam dunia senirupa dan salah satunya adalah aliran senirupa Renesan atau Renaissance yang admin bahas hanya sebagian dari garis besarnya saja. Dan kali ini kami akan mencoba memaparkannya dengan lebih terperinci kepada anda semua.
Aliran Senirupa Renaissance Atau Renesan
Pada akhir abad kegelapan, Giotto (1266-1337) tampil berkarya dengan pendekatan yang berbeda dengan tokoh sebelumnya. Ia berkarya dengan menggunakan pandangan yang melepaskan diri dari tradisi ajaran Kristiani. Dengan ketajaman pengamatannya, Giotto mencoba untuk menggambarkan subject-matter dengan apa adanya. Ada semacam kekuatan manusiawi dalam melahirkan karya seni dalam diri Giotto. Sebagai seorang pencipta seni, ada kesan yang kuat, bahwa dirinya seakan-akan telah melahirkan kembali seni Yunani yang sudah berabad-abad terpendam itu. Setelah Giotto, bermunculan beberapa pendukung dan pengikutnya yang juga memperjuangkan jalan yang telah dirintis Giotto sebelumnya. Tokoh-tokoh inilah yang juga telah melintasi beberapa abad, akhirnya sampai pada akhir zaman Renesan itu. Renesan dengan kecenderungan mengungkapkan gaya seni naturalisme dengan kekuatan utama dalam menggunakan kaidah-kaidah seni klasik.
Pengertian dan Ciri Karya Seni Rupa Renesan
Kata Renesan (bahasa Perancis: Renaissance) dipungut dari kata Itali Rinascita (abad ke-16). Kata lainnya yang memiliki arti sama: rebirth (bahasa Inggris) yang artinya kelahiran kembali. Kata Itali, Rinascita, dipakai oleh Vassari (ahli sejarah) dalam bukunya Lives of The Painters (1550) untuk memberikan pengertian kelahiran kembali bentuk dn ide purba dalam karya seni Giotto. Para ahli kebudayaan modern menggunakan istilah ini sebagai gejala kebudayaan dari abad ke-15 dan 16 di Itali.
Ciri utama dari karya seni rupa Renaissance ini ialah gaya seni naturalisme. Seni naturalisme Renaissance merupakan kelahiran kembali nilai-nilai seni klasik, yang mencapai puncaknya sekitar tahun 1500-1527. Pusat gerakan Renesan adalah kota Florence berdasarkan pendapat ahli sejarah kesenian umum. Gerakan ini dikelompokkan ke dalam tiga periode perkembangan (Yudoseputro, 1987):
- Renesan Awal (sekitar tahun 1410-1500)
- Renesan Tinggi (sekitar tahun 1500-1527)
- Renesan Akhir (sekitar tahun 1527-1570)
Pembagian tiga periode Renesan itu didasari oleh adanya tiga kecenderungan karakteristik gaya (segi teknis dan estetis). Renesan awal memperlihatkan adanya gaya perintisan naturalisme yang belum sempurna. Renesan tinggi tampak menampilkan karya yang lebih idealistik dengan tingkat pencapaian teknik yang mapan. Pada Renesan akhir perkembangan mengalami penurunan kualitas ideal klasik, sebab idenya hanya berkisar pada peniruan gaya naturalisme lama.
Seniman periode kesatu: Mantegna dari Padua, Piero Della Fransesca dari Urbino, dan Giovanni Bellini dari Venesia.
Seniman periode kedua: Leonardo da Vinci, dan Michelangelo dari Florence, diikuti oleh Raphael, Bramante (arsitek yang mendisain SDt. Peter – pusat kesenian Roma). Di Venesia dan Parma (disebut juga gaya Venesia) bekerja seniman Giovanni Bellini, Titian, Giorgione, dan Corregio.
Seniman periode ketiga: golongan Manneriot (Manirisme). Seniman yang disebut pula oleh Janson (1989:207) sebagai the great masternya dari abad ini adalah Leonardo, Bramante, Michelangelo, Raphael, dan Titian.
Jika dianalisis beberapa karya seni rupa Renesan, tampak gerakan ini memiliki tujuan untuk:
a. menghidupkan kembali sebagai ideal seniman;
b. kebebasan pribadi, tetapi tetap karyanya sebagai reproduksi akurat dari bentuk luar dunia (alam).
Untuk mencapai tujuan kedua, yaitu meniru bentuk luar dunia secara akurat, dibutuhkan berbagai teknik melukis atau berkarya seni rupa. Pada masa ini ditemukan beberapa teknik penting untuk menghasilkan gaya kebentukan Naturalisme. Penemuan teknik tersebut ialah:
- Penemuan perspektif matematis untuk melukiskan bentuk dan ruang yang tiga dimensional ke dalam bidang datar (dua dimensional). Misalnya dalam melukiskan pemandangan alam, benda yang memiliki kepejalan, serta atmosfir diperlukan teknik perspektif yang rasional ini, yang jauh tampak jauh, dan yang dekat terkesan dekat pula. Benda yang pejal dan masif berkesan pejal dan masif pula.
- Untuk mempermudah melukis dengan teknik perspektif itu diperlukan media cat yang baik. Tampaknya penggunaan cat minyak pengganti tempera merupakan temuan yang mendukung pencapaian gelap terang dan kesan atmosfir suatu pandangan. Teknik cat minyak ini lebih memungkinkan pencapaian kesan adanya cahaya dan bayangan, serta nada warna. Pelukis Leonardo da Vinci terkenal dengan gayanya yang cukup baik dalam melukiskan kesan atmosfir (sfumato).
Tema seni Renesan atau Renaissance bersumber dari seni budaya Klasik Yunani dan Romawi purba. Namun dilihat dari keseluruhan karyanya bersifat pribadi (humanistis), misalnya pada karya seni lukis, seni patung, dan arsitektur. Tema yang lain misalnya tema lanskap (pemandangan alam), potret, dan tema- tema sekular.
Seniman Renesan atau Renaissance adalah seniman yang teguh pendirian dalam mengembangkan dan melestarikan seni klasik Yunani dan Romawi. Namun pada fase Renesan akhir (1527-1570), terlihat adanya kejenuhan dalam berkarya lukis dengan kaidah naturalisme. Ada kecenderungan seniman mengulang-ulang karya yang sudah ada, tanpa memperkayanya dengan imajinasi mereka. Hal inilah yang membuat gaya ini sebagai manirisme karena para pelukis hanya dengan meniru dan meniru tipe lukisan yang sudah ada (misalnya latar lanskap pada lukisan potret), tanpa membuat reka-rupa latar yang lain. Keahlian dalam hal teknis/cara-cara (manner) berkarya seni yang naturalistis sudah sangat baik.
Jika kita kaji seni rupa Renesan atau Renaissance, sebenarnya sudah merintis pemunculan individu dalam berkarya seni, dan melepaskan seni dari agama secara bertahap.
Hal ini ditegaskan oleh Soedarso Sp dalam buku Sejarah Perkembangan Seni Rupa Modern (2000:14): "Namun beberapa abad sesudah itulah para seniman betul-betul merupakan individu-individu yang bebas karena sesudah masa Renaissance mereka sekedar berganti tuan, dari menghambakan diri kepada gereja beralih kepada raja. Tentu saja pergantian tuan ini menimbulkan juga pergantian tema lukisan, dari menggambarkan cerita-cerita religius berubah jadi tema- tema kesukaan raja, khususnya raja-raja yang absolut. Misalnya adegan dari mitologi yang menggairahkan, yang cocok untuk menghias dinding-dinding istana. Tradisi seni klasik berlangsung berabad-abad tanpa perubahan orientasi dan tanpa perubahan idealisme yang berarti. Tidak ada pula ide- ide ataupun konsep-konsep baru dalam seni, yang ada hanyalah perbedaan- perbedaan obyek lukisan saja, yang ini melukiskan bidadari mandi, yang itu bidadari duduk, dan sebagainya."